Pagi yang biasanya hanya diisi suara perahu dan burung laut mendadak berubah riuh. Wira, penjaring ikan yang akrab dengan ombak, menyebut hari itu paling berkesan setelah layar ponselnya menampilkan momen langka di Sweet Bonanza. Sorak spontan lepas, menyita perhatian orang-orang di dermaga yang tengah menambal jaring.
Wira memulai hari dengan rutinitas: memeriksa cuaca, menata tali, lalu menunggu arus. Di jeda singkat, ia membuka hiburan favoritnya bertema permen warna-warni. Layar berpendar, ikon-ikon manis jatuh bertubi, dan napasnya tertahan.
Orang-orang sekitar sempat menoleh; mereka mengenal Wira sebagai sosok kalem. Kali ini, ekspresinya tidak bisa disembunyikan. Ia menatap angka yang terus naik sambil berbisik tentang Sweet Bonanza, seolah memastikan yang dilihatnya bukan ilusi.
Di momen itu, simbol-simbol tertentu tersusun rapi dan memicu fase hadiah. Sweet Bonanza menampilkan deret manisan yang berhamburan, disusul pengganda yang menonjol di sudut layar. Kombinasi tersebut membuat perhitungan hasil melaju cepat, memantik keriuhan kecil di bibir dermaga.
Wira menyebutnya sebagai kejutan paling menggetarkan sepanjang tahun. Ia bercerita bahwa Sweet Bonanza selama ini ia anggap pengalih penat menunggu air pasang. Ketika fase bonus terbuka, ritme di layar terasa selaras dengan degup jantungnya.
Tak lama, angka puncak terpampang jelas: total setara 67 juta. Ia menunduk, menenangkan diri, lalu mengatur langkah berikutnya agar tetap rasional. Rekan-rekan seprofesi mengangguk, memahami bahwa kegembiraan perlu ditemani kepala dingin.
Setelah memastikan semuanya tercatat rapi, Wira mengalihkan sebagian saldo hasil dari Sweet Bonanza ke kebutuhan rumah tangga. Ia menyiapkan pos darurat, menuntaskan tagihan, dan merapikan tabungan anak. Kejutan hari itu ia perlakukan sebagai bonus, bukan alasan untuk mengubah kebiasaan kerja.
Seorang pengamat literasi finansial tingkat komunitas pesisir kerap mengingatkan bahwa hasil tak terduga sebaiknya dibagi ke beberapa pos agar tidak cepat habis. Pesan itu menempel di benak Wira. Ia membiarkan euforia reda sebelum mengambil keputusan apa pun.
Di dermaga, kabar baik cepat beredar. Namun Wira menjaga ruangnya sendiri. Ia kembali menyentuh jaring, mengecek simpul, memastikan peralatan siap menghadapi musim gelombang. Sorak sorainya tadi menjadi penanda momen, bukan titik akhir perjalanan.
Kisah Wira menyiratkan dua hal. Pertama, kejutan bisa datang di sela rutinitas; yang menentukan arah berikutnya adalah cara kita merespons. Kedua, kegembiraan tetap perlu pagar: setelan emosi yang stabil, catatan keuangan, dan rencana yang tidak melompat.
Bagi Wira, Sweet Bonanza hanyalah satu bagian dari hari panjang di tepi laut. Ia tetap bangun dini, membaca arus, dan menutup sore dengan aroma asin yang akrab. Momen 67 juta menjadi cerita yang diceritakan ulang di warung kopi, bukan ajakan, melainkan pengingat bahwa keberuntungan paling indah tetap butuh sikap hati-hati.