Gerobak kopi di sudut gang itu biasanya ramai di pagi hari. Guntur, peracik minuman yang hafal lidah para langganan, belakangan jadi perbincangan setelah menyebut wede 61 juta dari Sweet Bonanza. Cerita itu membuat banyak orang mampir, bukan hanya untuk menyesap kopi, tetapi juga ingin tahu kisah lengkapnya.
Keseharian Guntur tak berubah banyak: menakar bubuk, memanaskan air, dan menyusun gelas plastik di rak sempit. Namun, raut wajahnya lebih teduh. Ia bilang hiburan digital menjadi penawar letih setelah menutup lapak malam hari, dan dari sanalah kejadian yang ia sebut "paling tak terduga selama berdagang" bermula.
Warung kecil itu lahir dari tuntutan hidup sederhana. Guntur pernah berjualan keliling sebelum memutuskan menetap di satu titik karena ongkos harian makin berat. Ia menambal kebutuhan dari margin tipis, mengandalkan jam ramai dan cuaca bersahabat. Saat pelanggan menunggu pesanan, obrolan ringan pun mengalir tentang harga bahan, kabar keluarga, sampai hobi yang ia jalani untuk melepas penat.
Dalam obrolan itulah namanya tersiar. Kabar wede menjadi topik yang membuat orang bertahan sedikit lebih lama di bangku plastik. Guntur menyampaikannya dengan nada datar, tanpa gestur berlebihan. Ia lebih fokus pada kopi yang harus tetap konsisten rasanya ketimbang sorotan yang tiba-tiba datang.
Menurut Guntur, Sweet Bonanza ia pilih karena warna-warni dan ritme yang menyenangkan untuk mengisi jeda malam. Ia menyebutnya sekadar hiburan, sesuatu yang ia nikmati setelah membersihkan meja dan menutup kasir. Ia tak berbicara soal resep menang atau langkah-langkah teknis, hanya menyampaikan bahwa ia menikmati suasana visual dan sensasi menunggu hasil.
Di titik tertentu, Guntur mendapati saldo bertambah besar lalu memutuskan wede 61 juta. Baginya, itu kejutan. Ia menegaskan bahwa ia tidak menaruh harapan berlebih pada hiburan digital, dan keputusan wede ia ambil agar hasilnya nyata di tangan. Dari sana, fokusnya kembali ke warung dan kebutuhan rumah.
Uang hasil wede tidak lantas dihabiskan. Guntur menyalurkannya untuk memperbaiki gerobak, mengganti kompor, serta menambah stok bahan yang sering habis lebih cepat. Ia juga menyisihkan dana darurat karena beberapa bulan terakhir harga gula dan susu mudah berubah. Langkah itu membuat arus usaha lebih rapi dan memberi ruang untuk bereksperimen pada varian minuman dingin yang belakangan disukai pelanggan muda.
Dampaknya terasa pada jam sibuk. Antrean lebih tertata karena peralatan baru bekerja lebih stabil. Guntur juga membenahi pencatatan sederhana dengan buku besar tipis yang ia bawa ke mana-mana. Ia menyadari, warungnya tetap menjadi tulang punggung, sedangkan hiburan digital hanyalah selingan di sela jadwal panjang.
Guntur menempatkan hiburan digital yang melibatkan Sweet Bonanza sebagai bagian kecil dari keseharian, bukan pusat keputusan hidup. Ia menyebut bahwa tidak semua orang akan mengalami hal serupa, dan hasil setiap orang bisa berbeda. Pandangannya sederhana: menjaga prioritas, menghentikan saat sudah lelah, dan memastikan kebutuhan utama keluarga tidak terganggu.
Sikap hati-hati itu membuat narasi Guntur terasa membumi. Ia paham perhatian warga bisa cepat bergeser, dan cerita sensasional biasanya memudar. Yang bertahan justru kualitas racikan dan konsistensi pelayanan. Dua hal itu yang ia jaga setiap hari, tanpa euforia berlebihan.
Setelah wede, Guntur menilai ulang daftar belanja dan pola kerja. Ia menukar beberapa kemasan bahan ke ukuran grosir agar biaya per gelas lebih hemat. Ia juga menambahkan penutup tenda yang lebih tebal agar tetap buka saat hujan turun. Semua perubahan itu diarahkan pada satu tujuan: pelanggan tidak perlu menunggu terlalu lama, dan rasa minuman tetap terjaga.
Di sela-sela itu, Guntur membuka tabungan khusus peralatan agar perbaikan berikutnya tidak bergantung pada kejutan. Ia menganggap langkah ini jauh lebih masuk akal ketimbang berharap pada hiburan digital untuk menutup kebutuhan rutin. Pada akhirnya, kedisiplinan harian menjadi pondasi yang menahan guncangan kecil di lapangan.
Cerita Guntur merangkum dua hal yang berjalan berdampingan: kerja konsisten di warung dan hiburan digital yang ia batasi. Sweet Bonanza hadir sebagai latar, tetapi yang memberi dampak berjangka panjang adalah keputusan menyisihkan hasil untuk modal, peralatan, dan tata kelola sederhana. Dari bangku plastik dan uap kopi, Guntur mengingatkan bahwa fokus utama tetap pada usaha yang nyata dan bisa diukur dari hari ke hari.